Direktur Eksekutif JKPI Ungkap Alasan Banda Aceh Dinobatkan Sebagai Ibukota Kebudayaan Indonesia

Banda Aceh – Terpilihnya Banda Aceh sebagai Ibukota Kebudayaan Indonesia bukan tak beralasan. Setelah ditetapkan Dalam Rapat Pra Kongres Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) di Aula Mawardy Nurdin.

Saat mengikuti City Tour, Selasa (30/3/2021), hal tersebut kembali diungkapkan Direktur Eksekutif JKPI, Nanang Asfarinal di Museum Rumoh Aceh.

Pada kesempatan tersebut, Nanang Asfarinal mengungkap alasan terpilihnya Banda Aceh menjadi Ibukota Kebudayaan. Katanya, banyak hal yang dimiliki oleh Banda Aceh sebagai Kota Pusaka.

“Salah satu syarat menjadi Ibukota Kebudayaan adalah Banda Aceh harus punya modal dasar,” kata Nanang.

Katanya, Banda Aceh memiliki beragam macam peninggalan pusaka benda dan tak benda.”Mulai dari kuliner, tarian dan nyanyian. Dan itu sudah berproses puluhan tahun, dan ini menjadi pusaka budaya tak benda.”

Sedangkan pusaka yang berwujud, sambung Nanang, Banda Aceh merupakan kota kerajaan. Wilayah Banda Aceh juga dijadikan sebagai pusat pemerintahan pada masa kolonial Belanda.

“Peningglan tersebut masih terbaca dengan jelas sehingga tidak terlalu sulit bagi penilai untuk menentukan bahwa ini adalah kota pusaka,” jelasnya.

Wali Kota Aminullah Usman mengatakan dengan dipilihnya Banda Aceh sebagai Ibukota Kebudayaan Indonesia akan menjadi moment untuk memajukan sektor wisata dan sarana promosi baik nasional maupun internasional.

“Ini adalah momen yang sangat berharga demi memajukan sejumlah destinasi wisata sebagai ajang promosi wisata Banda Aceh agar semakin dikenal di manca negara, dan dengan sendirinya semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke “Kota Gemilang”, ungkapnya.

Selain berkunjung ke Rumoh Aceh, rombongan Pra Kongres JKPI ke V juga berkunjung ke Museum Tsunami, Kapal PLTD Apung dan Pantai Ulee Lheu.(Hz)

Facebook Comments