Yuk Berburu Takjil Di Banda Aceh

Seperti biasa setelah shalat Ashar berjamaah, aku bersama Tasya, Husna, Reyhan dan Nur memilih duduk di Kantor untuk ngabuburit (red. menunggu waktu buka puasa).

Aku rasa jika ngabuburit hanya di kantor saja sangat membosankan untungnya ada Husna memberi beberapa  referensi  untuk berburu takjil  di tempat jajanan bukaan selama Ramadhan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh.

“Aku baru liat video dari Instagramnya @bandaacehtourism di sana ada banyak lokasi-lokasi jajanan buka puasa yang bisa kita kunjungi, bagaimana kalau sekarang kita ke sana aja?,” tanya Husna.

Mendengar informasi tersebut dari Husna, kami segera beberes barang bawaan kami seperti buku dan laptop.

Begitu mau ke parkiran tiba-tiba Nur mengingatkan kami untuk melakukan absen wajah (red. face recognition) merupakan aplikasi yang diciptakan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh untuk  absensi seluruh pegawai di lingkungan pemerintah kota, yang diciptakan pada masa Covid-19 demi melakukan pencegahan penyebaran virus corona di Banda Aceh.

“Oh iya, hampir saja lupa, bentar ya ambil gawai dulu buat absen,” sahut Tasya.

Akhirnya kami memilih sepanjang  Jalan  Lampineung  untuk lokasi pertama yang kami kunjungi, belum sempat memarkirkan kendaraan aroma berbagai macam kuliner sudah menggoda kami.

Tiba-tiba Husna berjalan cepat ke arah gerobak mie caluek, katanya ia merindukan kampung halamannya karena sudah lama tidak pulang ke Kabupaten Pidie disebabkan oleh  pandemik Covid-19, dengan membeli mie caluek untuk menghilangkan sedikit rasa rindu yang sudah lama ditabungnya.

Meskipun hujan mengguyur Kota Banda Aceh sore ini  tapi tidak memudarkan niat kami untuk tetap berburu takjil di Kota Banda Aceh, dari lokasi pertama kami pun  beranjak ke lokasi kedua yaitu Samping Rujak Garuda, Kampong Baru.

Di lokasi ini suasana Ramadhan semakin terasa, apalagi suara pedagang yang sedang bersahut-sahutan menjajakan dagangannya pun membuat suasana semakin ramai.

Berburu takjil kali ini pertama bagi Reyhan, sebelumnya Reyhan belum pernah berburu takjil di banyak lokasi di kampungnya.

“Senang sekali ya jadi warga Kota Banda Aceh untuk memburu takjil saja ada banyak lokasinya, apalagi pilihan makanan dan minumannya, harganya pun masih dapat dijangkau,” cetus Reyhan.

Bukan hanya makanan umum saja yang dijajakan di lokasi penjualan kuliner Ramadhan tersebut, tapi masakan khas Aceh pun ikut meramaikan kuliner tersebut.

Semoga dengan ada momentum penjualan jajanan berbuka puasa saat Ramadhan ini bisa dapat memulihkan  ekonomi pelaku usaha di Banda Aceh selama masa pandemi Covid-19.

Setelah berbelanja takjil berbuka seperti mie caluek, sambai oen peugaga, aneka ragam gorengan, kuah beulangong, air tebu, air kelapa dan masih banyak lainnya, kami pun bergegas untuk pulang ke rumah masing-masing mengingat waktu berbuka hampir tiba dan keluarga sudah menunggu di rumah.

Penulis : Ridia Armis

Facebook Comments