Banda Aceh – Pemerintah Kota Banda Aceh terus berupaya melakukan pengembangan inovasi program pembangunan kota yang berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi masyarakat kota.
Pemerintah Kota Banda Aceh melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) menyusun dokumen kajian tentang inovasi pemanfaatan teknologi digital dalam ekosistem pasar tradisional.
Keterkaitan dengan hal ini, Kepala Bappeda Weri, S.E, MA melalui Kepala Bidang Penelitian, Pengembangan, Pengendalian Program dan Evaluasi, Rahmatsyah Alam, ST. M.Si melakukan pertemuan dan diskusi dengan para pejabat lintas OPD untuk memapaparkan hasil kajiannya yang disusun bersama tim konsultan perencana terkait kajian pengembangan implementasi kota cerdas Kota Banda Aceh yang berorientasi pada inovasi pengembangan digitalisasi pasar tradisional di Kota Banda Aceh berbasiskan e-commerse, pertemuan tersebut dilangsungkan di Ivory Cafe, Seutui pada Kamis (2/6/2022).
Dalam pertemuannya, Rahmatsyah mengatakan bahwa Pemko Banda Aceh menginginkan pemanfaatan teknologi digital juga dapat menjangkau Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), khususnya para pelaku usaha di pasar tradisional yang ada di Banda Aceh.
Pemanfaatan teknologi digital dalam ekosistem pasar tradisional merupakan tuntutan zaman agar pasar tradisional dapat bersaing, dengan memberikan kemudahan dan kenyamanan baik bagi pedagang maupun pembeli, serta membantu pedagang menjangkau konsumen baru yang lebih luas.
Di sisi lain Rahmatsyah menyampaikan bahwa rencana pemanfaatan teknologi di pasar tradisional bisa menjadi suatu inovasi yang nantinya diupayakan masuk ke dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah yang akan dikawal oleh Bappeda. Di mana dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tersebut setiap tahunnya juga akan dinilai dari sisi inovasi pemerintah daerah, baik yang akan maupun yang sudah diimplementasikan oleh pemerintah daerah itu sendiri.
“Oleh karena itu Bappeda melakukan pengawalan atas perencanaan pembangunan daerah dan dan hasilnya bisa saja nanti dilaksanakan oleh OPD terkait,” jelasnya.
Pada kesempatan tersebut, Rahmatsyah dan para peserta yang hadir merespon baik hasil paparan itu, ia mengatakan bahwa nantinya kajian ini akan diterapkan untuk mendukung pemerintah daerah dalam mewujudkan Kota Banda Aceh sebagai kota smart city dengan visinya “Menjadi kota pintar yang islami yang inovatif dan kompetitif”.
Selain itu, pada kesempatan yang sama dipaparkan juga hasil kajian lainnya tentang “Sistem Resapan Air Perkotaan ” yang mendukung pengendalian banjir genangan.
Dalam hal ini, Rahmatsyah juga menjelaskan bahwa Kota Banda Aceh sebagai Ibukota Provinsi Aceh terus tumbuh berkembang baik dari sisi fisik bangunan perkotaan maupun berkembangnya berbagai aktivitas di kota.
Sehingga ini nantinya juga berdampak pada intensitas area tutupan lahan perkotaan, khususnya pada kawasan-kawasan strategis kota atau pusat-pusat kota seperti kawasan Peunayong, kawasan seputaran Mesjid Raya, kawasan Pasar Aceh, yang area tutupan lahannya didominasi bangunan dan jalan, sehingga hal tersebut dampak kedepannya juga harus dikaji dari sekarang bagaimana sistem resapan air perkotaan yang efektif dan efisien di Kota Banda Aceh.
“Kajian ini bertujuan meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan perkotaan khususnya pengendalian banjir genangan yang mungkin terjadi dikala saat intensitas hujan yang tinggi, maka karena itu kajian ini lebih terfokus pada model sistem sumur resapan dan model biofori pada kawasan yang intensitas tutupan lahan sangat padat,” tegas Rahmatsyah.
“Namun sebelum itu, kajian ini masih tahap awal yang nantinya akan masuk tahap penyempurnaan hasil dari masukan dan saran para kepala bidang yang di undang hari ini,” tutup Rahmat.(Hus/Hz)