Banda Aceh – Jumat, 30 Mei 2025, sore bakda Asar, Taman Putroe Phang menjadi saksi hidupnya kembali ruang publik sebagai wadah penyampaian aspirasi rakyat kepada pemerintah.
Di taman yang dibangun khusus oleh Sultan Iskandar Muda untuk permaisurinya pada abad ke-17, ratusan warga kota dari berbagai kalangan berkumpul dengan segudang uneg-uneg.
Di depan mereka telah hadir Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal, Wakil Wali Kota Afdhal Khalilullah, dan Wakil Ketua DPRK Musriadi Aswad.
Di antara warga yang menempati tempat duduk beton bertingkat setengah lingkaran, juga terlihat Pj Sekdako Jalaluddin beserta para Kepala OPD di lingkungan Pemko Banda Aceh.
Sebuah baliho berukuran sedang dengan tulisan “Forum Suara Warga” juga terpampang di lokasi. “Forum ini merupakan inisiasi kami bersama Ibu Illiza dan Bang Afdhal,” ujar Destika Gilang Sari, perwakilan Koalisi Keberagaman Kota Banda Aceh.
“Melalui forum ini, masyarakat bisa bertemu dengan pemimpin kota untuk menyuarakan aspirasi dan berbagi dengan pemko, agar persoalan kota bisa diatasi dengan baik,” ujarnya.
Pihaknya meyakini, dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat, segala persoalan kota bisa diselesaikan. “Mulai soal pelayanan publik, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain, bisa disampaikan masyarakat langsung kepada pemimpinnya.”
Berada di Taman Putroe Phang di tengah-tengah masyarakat, mengingatkan Illiza pada periode pemerintahannya terdahulu. “Ini momen flashback, dulu setiap pekan di sini kita gelar festival seni budaya rutin.”
“Dan hari ini, mulai lagi berkumpul dengan suasana berbeda: untuk mendengar suara warga,” ujar Illiza membuka pembicaraan.
Ia berharap Forum Suara Warga dapat digelar reguler dengan menghadirkan lintas komunitas secara bergilir, “Untuk menyampaikan aspirasi dengan leluasa di ruang terbuka dan insyaallah bisa berkontribusi untuk memajukan Banda Aceh.”
Ia pun meminta sekda dan kepala OPD untuk hadir langsung pada acara berkonsep dialog interaktif tersebut. “Karena mereka yang eksekusi. Kalau kami di tataran kebijakan, apa yang menjadi kebutuhan masyarakat harus bisa segera ditindaklanjuti,” ujarnya.
Menurut Illiza, visi Kota Kolaborasi yang diusung pemerintahannya, mendapat sambutan baik dari multipihak. “Walaupun dengan segala persoalan, banyak jalan keluar yang Allah berikan dengan kontribusi banyak pihak.”
Salah satunya mengenai penyelesaian utang pemerintah tahun anggaran 2024. “Dalam 100 hari pertama kita fokus selesaikan utang agar tidak menjadi beban berkelanjutan. Dan alhamdulillah, dari total utang Rp 39 miliar lebih, sisa Rp 600 juta saat ini,” ujarnya.
Soal isu hangat: pungutan di luar ketentuan dalam proses Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun ini, turut disorot wali kota. “Baru turun keputusan MK tentang penggratisan biaya sekolah. Kami juga sudah mengeluarkan instruksi agar sekolah menghentikan pungutan.”
Pun begitu, ia tak menampik sejumlah komite sekolah keberatan dengan dalih kontribusi wali murid bagus untuk kemajuan siswa dan sekolah. “Ya silakan tapi jangan dipatok. Sumbangan jangan jadi kewajiban,” ucap wali kota.
Selanjutnya, dipandu MC Agus Agandi, tanpa protokoler yang ketat, acara diisi dengan sesi tanya jawab. Mulai dari anak muda, ibu-ibu, pelaku UMKM, kelompok disabilitas, hingga etnis Tionghoa, tampak antusias mengajukan pertanyaan atau sekedar mencurahkan isi hati dan pikiran.
Setiap pertanyaan maupun masukan, dijawab dengan lugas dan ditanggapi dengan terbuka oleh Illiza. Pada beberapa kesempatan, Wawalko Afdhal dan Wakil Ketua DPRK Musriadi Aswad, ikut menguatkan pernyataan wali kota.
“Insyaallah semua yang menjadi janji politik kami, akan kami tunaikan. Kami ingin benar-benar bisa melebur dengan masyarakat, berkolaborasi bersama, dan memberi ruang bagi segenap warga untuk berkontribusi dalam memajukan kota tercinta,” ujar Illiza menutup Forum Suara Warga perdana di Taman Putroe Phang. (*)