Banda Aceh – Kepala Dinas Pendidikan Dayah Banda Aceh Alizar S. Ag, M. Hum beraharap dengan adanya Forum Group Discussion (FGD) Penyusunan Kurikulum Dayah ini dapat melahirkan kurikulum yang sesuai dengan apa yang menjadi tantangan dayah hari ini.
Harapan tersebut disampaikannya saat membuka FGD Kurikulum Dayah di Hotel Kyriad Muraya Aceh, Senin (9/11/2020).
Ia mengatakan bahwa FGD ini berlangsung untuk mendengar keinginan-keinginan dari perwakilan dayah sehingga kurikulum yang direkomendasikan nantinya benar-benar lahir dari aspirasi yang sebenarnya.
“Khusus di dayah tradisonal mungkin perlu ada penambahan cabang ilmu yang dirasa kurang, seperti ulumul hadist dan penguasaan Bahasa Indonesia yang baik,” kata Alizar.
Lanjutnya, nantinya ada tiga klaster dayah yaitu, dayah tradisional, terpadu dan dayah tahfidz.
“Tiga ini yang nanti kita akan kelompokkan. Sehingga jika di Banda Aceh ingin membentuk sebuah dayah tradisional, terpadu dan tahfidz oh seperti ini kurikulumnya, sudah ada rujukan dan standarnya, tapi tidak menyamakan ketiganya,” jelasnya.
Tambahnya, pada tahun 2014 telah disusun sebuah kurikulum oleh teungku-teungku dayah, keterwakilan zona Barat, Timur dan Utara.
“Jika lahirlah sebuah kesepakatan baru, maka kurikulum tahun 2014 nantinya akan kita modifikasi sesuai dengan kondisi kekinian,” ungkap Alizar.
Kabid SDM dan Manajemen Muhammad Syarif, SHI, M.H selaku ketua panitia mengatakan bahwa FGD ini rencananya ingin melahirkan standar baku format, penyusunan kurikulum sehingga adanya satu indikator.
“Dan ketika guru mengajar satu bidang studi muatannya sama dengan guru di dayah lain, ini yang kita inginkan. Dan ini langkah yang strategis dalam merespon keinginan pemerintah Aceh agar kualitas dayah betul-betul bisa diakui secara nasional,” jelas Syarif.
“Ini pondasi awal yang kita bangun, kita mulai dari Banda Aceh untuk nusantara,” tutupnya.(Hus/Hz)