Pada bulan November 2017 di Kota Banda Aceh terjadi inflasi sebesar 0,30 Persen

Banda Aceh –Inflasi yang terjadi di Provinsi Aceh disebabkan oleh peningkatan indeks harga konsumen Kelompok Bahan Makanan sebesar 1,14 persen, Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar sebesar 0,27 persen, Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan sebesar 0,16 persen, kelompok Kesehatan inflasi sebesar 0,07 persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau sebesar 0,01 persen, Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga sebesar 0,01 persen, sedangkan Kelompok Sandang deflasi sebesar -0,17 persen.

Laju Inflasi tahun kalender November 2017 untuk Kota Banda Aceh sebesar 3,76 persen, Kota Lhokseumawe 1,16 persen, Kota Meulaboh 3,54 persen dan Provinsi Aceh 2,94 persen. Inflasi “year on year” (November 2017 terhadap November 2016) untuk Kota Banda Aceh adalah sebesar 4,49 persen, Kota Lhokseumawe 3,44 persen, Kota Meulaboh 3,86 persen, dan Provinsi Aceh 4,09 persen. Komponen Inti untuk Provinsi Aceh pada November 2017 mengalami Inflasisebesar 0,13 persen, komponen yang Harganya Diatur Pemerintah mengalami inflasi sebesar 0,20 persen dan komponen Bergejolak juga mengalami inflasi 1,11 persen.

Seperti yang dirilis Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh menjelaskan bahwa sebesar 0,38 persen Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan.

Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Di Indonesia, tingkat inflasi diukur dari persentase perubahan IHK dan diumumkan ke publik setiap awal bulan (hari kerja pertama) oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Mulai Januari 2014, pengukuran inflasi di Indonesia menggunakan IHK tahun dasar 2012=100. Ada beberapa perubahan yang mendasar dalam penghitungan IHK baru (2012=100) dibandingkan IHK lama (2007=100), khususnya mengenai cakupan kota, paket komoditas, dan diagram timbang.

Perubahan tersebut didasarkan pada Survei Biaya Hidup (SBH) 2012 yang dilaksanakan oleh BPS, yang merupakan salah satu bahan dasar utama dalam penghitungan IHK. Hasil SBH 2012 sekaligus mencerminkan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat dibandingkan dengan hasil SBH sebelumnya.

SBH 2012 dilaksanakan di 82 kota, yang terdiri dari 33 ibukota provinsi dan 49 kota besar lainnya. Dari 82 kota tersebut, 66 kota merupakan cakupan kota SBH lama dan 16 merupakan kota baru. Survei ini hanya dilakukan di daerah perkotaan (urban area) dengan total sampel sebanyak 13.608 Blok Sensus dan total sampel rumahtangga sebanyak 136.080. SBH 2012 dilaksanakan secara triwulanan selama tahun 2012 sehingga setiap triwulan terdapat 34.020 sampel rumahtangga. Untuk Provinsi Aceh SBH 2012 dilaksanakan di Kota

Banda Aceh, Lhokseumawe dan Meulaboh dengan total sampel sebanyak 400 Blok Sensus dan 4.000 rumahtangga. Paket komoditas nasional hasil SBH 2012 terdiri dari 859 komoditas. Paket komoditas terbanyak ada di Jakarta yaitu 462 komoditas, dan yang paling sedikit di Singaraja sebanyak 225 komoditas. Paket Komoditas di Banda Aceh sebanyak 383 komoditas, Lhokseumawe 369 komoditas dan Meulaboh 347 komoditas.

Pada bulan November 2017 harga berbagai komoditas di Provinsi Aceh secara umum menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini ditandai dengan naiknya Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 125,27 pada Oktober 2017 menjadi 125,74 pada November 2017 atau terjadi inflasi sebesar 0,38 persen. Inflasi tahun ke tahun untuk Provinsi Aceh sebesar 4,09 persen.

Dari 215 jenis barang dan jasa yang mengalami perubahan harga untuk Kota Provinsi Aceh di bulan November 2017, 128 jenis barang dan jasa menunjukkan adanya peningkatan harga dan 87 jenis

barang dan jasa mengalami penurunan harga. Beberapa komoditas di Provinsi Aceh yang mengalami kenaikan harga pada bulan November 2017 antara lain adalah Tongkol dengan andil sebesar 0,0744 persen, Beras sebesar 0,0561 persen, Udang Basah sebesar 0,0402 persen, Kembung sebesar 0,0401 persen, Kacang Panjang sebesar 0,0337 persen, Jeruk sebesar 0,0304 persen, dan Daging Ayam Ras sebesar 0,0279 persen.

Sedangkan beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain adalah Tomat Sayur dengan andil sebesar -0,0409 persen, Tomat Buah sebesar -0,0167 persen, Apel sebesar -0,0141 persen, Cabe Hijau sebesar -0,0119 persen, dan Pepaya sebesar – 0,0115 persen.

Facebook Comments