Fiberisasi, Aplikasi dan SDM Syarat Penting Implementasi 5G

Jakarta, Kominfo – Kementerian Komunikasi dan Informatika tengah menyiapkan ekosistem implementasi jaringan 5G di Indonesia. Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo Ismail mengatakan, salah satu prasyarat implementasi 5G adalah fiberisasi. 

“Operator telekomunikasi harus membangun jaringan fiber optik yang menghubungan antar  Base Transceiver Station (BTS)-nya, karena 5G itu kan last mile. Jadi digunakan di ujung akhir dari BTS ke publik,” ujarnya usai peringatan Hari Bakti ke-75 Postel di Jakarta, Senin (28/09/2020).

Menurut Dirjen SDPPI, dari jumlah BTS yang sudah ada jangan sampai terjadi bottlenecking atau penyempitan saluran karena informasi yang disalurkan besar di ujung  atau last mile dengan 5G tapi kemudian ke belakangnya terjadi pelambatan.

“Ini yang sekarang sedang dikerjakan oleh seluruh operator menggunakan fiberisasi untuk membangun fiber optik yang menghubungkan antar BTS itu. Tanpa fiberisasi, jaringan 5G juga tetap tidak dirasakan manfaatnya, hampir sama dengan 4G ketika terjadi bottlenecking,” jelasnya. 

Dirjen Ismail menjelaskan syarat kedua implemetasi 5G adalah aplikasi yang harus dibangun oleh operator seluler dan industri secara keseluruhan yang diutamakan membangun aplikasi lokal. 

“Jangan sampai nanti kita membangun network 5G tapi isinya adalah aplikasi asing semua, sehingga tidak ada aplikasi lokal yang mengeluarkan karya anak bangsa karena pendapatan atau rupiah adanya di level aplikasi itu,” ujarnya.

Oleh karena itu, Kementerian Kominfo berharap Komunitas Postel mulai mempersiapkan beragam aplikasi lokal agar ketika network 5G dibangun dapat memanfaatkan produk dalam negeri karya anak bangsa.

Sedangkan prasyarat ketiga berkaitan dengan digital talent atau sumber daya manusia (SDM) merupakan syarat ketiga bagi Indonesia untuk harus siap mengimplementasikan teknologi 5G.

“Jangan sampai teknologi 5G diimplementasikan tapi kita tidak mampu memelihara, tidak mampu melakukan pengembangan, tidak ada orang yang cukup untuk melakukan enhancement (peningkatan) dari kemampuan 5G itu, baik dari sisi operator juga dari sisi user,” ungkap Dirjen SDPPI. 

Mengingat pentingnya talenta digital yang harus dipersiapkan sebelum rool up teknologi 5G benar-benar dibangun. “Kementerian Kominfo menjawab kebutuhan tersebut melalui program pelatihan Digital Talent Scholarship (DTS) dimulai dari pelatihan dasar (basic), intermediate hingga advance,” jelas Dirjen Ismail.

(sumber: https://www.kominfo.go.id)

Facebook Comments